Pulau Seliu dan Keindahan pantai Marang Bulo



Welcome to Pulau Seliu.

Pulau Belitung?

Sudah banyak wisatawan datang berkunjung ke sana. Tapi bagi saya itu perjalanan (berlibur) pertama saya di pulau Sumatera. Meskipun saya dari lahir dan dibesarkan di Lampung, namun tidak banyak hal yang saya mengerti tentang Lampung dan pulau Sumatera.

Memang si ada sedikit cita-cita untuk keliling Indonesia dengan berkunjung ke semua danau-danau yang ada di negara ini. Saat sekolah dasar, saya hanya tahu nama danau yang terkenal. Hal itu yang membuat saya penasaran, lagi pula sudah banyak para pejalan yang mengeksplorasi gunung dan pantai. Padahal di negara ini banyak danau-danau yang ekosistem di sekitarnya sudah mulai berubah.

Suatu hari nanti pasti akan terjadi, sekarang bekerja lalu menabung dulu.

Oke, lupakan tentang danau sementara waktu.

Sejak berdomisili di Tangerang dan kebetulan sangat dekat dengan Bandara Soekarno Hatta, saya merasa menjadi pendoa pesawat. Kok bisa?

Hampir tiap 5 menit sekali saya mendengar deru mesin pesawat yang hendak take-off. Bahkan ketika saya membuka jendela kamar, dengan mudahnya saya bisa menonton pesawat di atas kamar kos saya. Setiap ada suara pesawat saya akan menjulurkan kepala saya ke luar jendela. Dan hening beberapa detik, "Tuhan bawa aku pergi kemanapun dengan pesawat itu".

Saya tidak pernah meminta Tuhan untuk memberikan tiket perjalanan segera, terserah Tuhan sajalah mau kasih kapan aja. Entah bagaimana saya ingin pergi ke Belitung. Dalam kurun waktu 6 bulan saya mengajak tubuh saya untuk percaya ke Belitung dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia, pulang dan pergi. Saya lebih sering menerima, tapi kali ini saya kepedeaanya kebangetan. Belitung dan Garuda Indonesia. Saya ucapkan itu tiap saya datang pada Tuhan.

Dan.....

Tuhan percayakan itu pada saya. Tiap hari happy-nya kebangetan, karena mau naik pesawat Garuda Indonesia. Norak si haha. Dua bulan saya habiskan untuk kepo sana sini tentang penginapan dan Belitung. Padahal itu pulau, gak luas. Ya, suka aja si, kalau mau pergi jauh terus kepo-kepo, biar gak kelewatan yang indah-indah.

Dricshouse, penginapan yang dekat sekali dengan danau Kaolin. Dan selama 5 hari disitu, saya hanya tidur sendirian. Hanya 2 malam bertemu teman dari Jakarta. Tidak seperti hari biasa, Belitung dilanda hujan dan cuaca mendung selama 10 hari ke depan. Dalam hati, rasanya pengen pulang cepat tapi ....

Nikmati sajalah. Perjalanan memang gak selalu sama dengan yang kamu pikirkan kok. Toh, kamu kan mau belajar hal baru jadi siapkan hati saja.

Setiap pagi saya pasang mata untuk melihat perkiraan cuaca hari itu. Dan gundah gulana menerpa. Saya menemukan satu pulau, pulau Seliu, di peta. Ya, kalau mau melakukan perjalanan yang berbeda, pelajarilah peta. Pulau Seliu, tapi hujan terus-terusan datang setelah pukul 10 pagi hingga sore hari. Yakin? Yakin?

Nekat saja. Hari ke 6 saya pergi ke pulau Seliu selama 2 hari. Dan apa yang terjadi, hujan terus datang. Gak sedih si hanya kesal aja. Hujan berhenti hanya 1-2 jam saja setelah itu ya hujan lagi. Saya naik angkutan umum, mobil ELF yang tiap pagi menunggu di pasar sayur dekat pelabuhan ikan dekat Tugu Satam. Dekat sekali dalam waktu tempuh kurang lebih 2-2,5 jam (naik-turunkan penumpang)  sudah sampai Pelabuhan penyebrangan di Teluk Gembira.

Pelabuhan Teluk Gembira di kala mendung.

Seingat saya menyebrang ke Pulau Seliu, sekali menyebrang dengan ongkos 10 ribu atau 5 ribu, saya lupa. Butuh waktu 15-20 menit saja, tergantung dengan besar kecilnya ombak.

Sepi tapi tenang. Haha. Tidak ada kafe atau pasar. Hanya warung dan warteg itupun tidak banyak. Listrik akan padam dari pukul 6 pagi sampai 4 sore. Bahkan di sini para ibu-ibu masih mendapat subsidi minyak tanah tiap bulan dengan harga  terjangkau, untuk keperluan memasak sehari-hari.

Di pulau Seliu banyak pohon mangga dimana-mana. Gak kebayang kalau sedang musim tiba. Di Seliu ada pantai juga, pantai Marang Bulo. Dekat kok, 30 menit gak sampe dengan menggunakan motor. Air lautnya hangat. Cocok deh buat camping sambil lihat bintang. Ada sumur dan toilet juga. Duh, kalau ingat Seliu, damai dimana-mana.

Menuju Seliu

Seorang ibu hendak mengambil minyak tanah bersubsidi.
Bermain bersama.
Menunggu matahari terbenam di Pantai Marang Bulo.

Banyak bintang laut yang terjaring oleh nelayan.












Comments